Islam Di Tengah Generasi Milenial
Setengah melongo saat untuk pertama kalinya melihat ada akhwat bercadar modis jalan-jalan di sebuah mall dengan teman-teman socialitanya yang gahool n sexy beberapa bulan yang lalu. Dari postur tinggi mereka yang sama, cara berjalan, tas branded internasional yang dijinjing plus perpaduan corak hijab dan cadarnya, aku khusnudhon doi yaitu bekas model...eh maaf (eks)model. Doi tampaknya mau kongkow, hangout sesama teman eks model.
Betapa nggak mutunya ane kan gan. Pada hal yang remeh-temeh gitu saja mudah gumun alias takjub .
Tapi bentar dulu gan, ane terdiam takjub bukan sebab adalah mengimajinasikan paras dibalik cadar yang konon kata temen akhwat di kampus dulu, bahwa para pengguna cadar yaitu mereka yang menyembunyikan kecantikanya, apalagi kalo doi beneran model...Swear bukan itu gan alasan ane mlongo.
Tapi ane mlongo sebab adalah masih belum paham atas fenomena "cadar modis masuk mall" ini. Ini masih Indonesia kan gan. Negara pancasila katanya...bukan di Arab sono yang kata haters "negera onta" yang perempuan bercadar mudah dijumpai dimana-mana.
Kenapa heran?
Lha wong selama ini di kampung aku yang kurang cendekia kluthuk saja, kalau ada perempuan bercadar enteng aja langsung dikomen: eksklusif, gak srawung alias asosial, anti pemerintah, anti KB dan niscaya nggak nyoblos Golkar apalagi PDIP. Kalo ada alay ya langsung divonis penganut kepercayaan bumi datar...nah kurang cendekia tenan to gan.
Rupanya ane yang emang katrok sekarang. Nggak nyangka kalo zaman telah berubah sedemikian rupa.
Ternyata cadar kini sudah nggak seserem dan seeksklusif dulu lagi. Iseng-iseng ane buka instagram cari pakai tagar cadar, abaya, hijab, blaik...yang muncul banyak banget gan. Umi pipik, natta nezza, beberapa selebgram, berbagai merk produk cadar yang ternyata lagi booming dan (maaf) modis-modis. This is new life style.
Nice lah..., mudah-mudahan ini jadi fenomena gres yang menambah khasanah heterogenitas budaya kita.
Setuju kan gan?
Kekagetan remeh-temeh kedua yang juga nggak mutu saat kemarin aku ikut kegiatan temu e-comerce nasional. Kebetulan banyak direktur muda yang hadir diacara itu gan, dan mungkin cuma ane yang acting ala direktur muda. Entah mengapa memori ane langsung kembali ke 2 tahun kemudian saat ane masih coba-coba pake celana cingkrang di kampus.
Apa pasal? Lha ini...disini dua tahun kemudian ternyata para direktur muda pemilik start-up beken pada kumpul, banyak yang pake celana cingkrang. Ada yang dilipet tinggi-tinggi, ada yang sengaja dipotong pendek diatas mata kaki, ada yang casual juga.
Kalau Teuku Wisnu atau Sakti Shella on7 yang pake aku sih mafhum, mereka sudah hijrah ke jalan dakwah. Tapi ini para direktur muda dari Google, FB dan berbagai Marketplace lho gan...ternyata mereka juga pakai celana cingkrang. Trendy katanya.
Padahal dulu waktu masih ikut ikutan jadi aktipis masjid kampus, saat pake celana cingkrang ane sering diledek : rumahnya kebanjiran ya kak...koq celananya cingkrang. Kan asem banget to gan, eh astaghfirullah ding, padahal ane kan sedang berusaha ittiba nabi untuk tidak isbal...geram rasanya. Apalagi liat kini para direktur muda dan foto model yang pake celana cingkrang.
Dunia sudah terbalik rupanya. Makara nyesel ane gan, celana cingkrang sunnah nabi yang dulu digunakan malah ditinggal begitu saja di kos lama. Ternyata kini malah ngehits dan jadi lifestyle anak muda...wkwkwk
Keganjilan selanjutnya di bumi Indonesia hari ini yang aku amati yaitu semakin banyaknya lapangan berkuda dan memanah. Bahkan ada sekolah yang sudah menjadikan berkuda dan memanah sebagai pelajaran olah raga disekolah. Lucunya, Ibu-ibu pengajian juga nggak mau ketinggalan. Mereka bikin kegiatan latihan berkuda dan memanah.
Wajar kalau teman-teman yang naluri bisnisnya jalan langsung menangkap ini menjadi peluang usaha. Bikin persewaan kuda, lapangan berkuda, dan kursus memanah. Ternyata kini marak dan banyak digemari.
Kalau mau bikin kini lho gan, mumpung sedang booming.
Di wall FB agan setiap hari bersliweran postingan sedang narcis latihan memanah atau berkuda kan? Dan hebatnya, yang ikut itu semua bangga. Bahkan saking bangganya ada yang bilang, saat ini mengajari anak memanah dan berkuda lebih penting dari mencar ilmu matematika. Nah lho...gimana tuh
Karena lagi selo, aku yang dulu pernah sedikit mencar ilmu teori konspirasi, jadi mikir ada konspirasi apa dibalik ini semua.
Sayangnya aku nggak nemu pola fenomena ini dibukunya Samuel Huntington atau Francis Fukuyama (biar dikira kutu buku). Pun yang lebih gres di bukunya Patricia Aburdene atau Martin Jacquess yang perihal "When China Rules The Word" juga nggak ada. Ini bukan fenomena kebangkitan Kisah Tiga Negaranya Samkok atau Kungfu Wong Fei Hung yang mahir memanah dan berkuda. Lalu ini fenomena apa?
Setelah sedikit otak-atik gathuk, ternyata benang merah fenomena remeh temeh ini ternyata malah mampu dirangkai jikalau kita memakai pola Hadits Nabi lho gan. Karena ternyata bercadar/hijab, bercelana cingkrang/tidak isbal, memanah dan berkuda yaitu ajaranya. Makara kesimpulan sementara terang ini yaitu konspirasi Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Dan sebab adalah ia langsung yang menjadi dalang, terang ini bukan gerakan sembarangan. Ini bukan sekedar kebetulan apalagi ekspresi dominan kekinian. Ini terang lebih usang dari booming kerikil akik kemarin. Bahkan ini tampaknya bakalan lebih panjang dari 212 yang dipantik oleh sebuah pengecap yang di plesetkan oleh malaikat.
Ini yaitu salah satu rangkaian kecil membuktikan zaman. Zaman dimana ajaran-ajaranya akan semakin diterima dan mendunia. Zaman dimana kuda dan anak panah akan lebih berkhasiat dari bom dan baracuda.
Zaman apa itu gan?
Belum ada Komentar untuk "Islam Di Tengah Generasi Milenial"
Posting Komentar